Jakarta (adhessy.com), Meski nasib pesawat Malaysia Airlines MH370 telah
ditentukan, yakni jatuh di Samudera Hindia Selatan, persoalan di seputar itu
masih tersaput teka-teki tebal. Misalnya, mengapa pesawat yang seharusnya mengarah ke Beijing, Cina, atau ke
utara itu, bisa sebaliknya menuju arah selatan? Apakah perubahan yang tak
sekadar belok arah melainkan berbalik 180 derajat itu karena cuaca buruk
sebagaimana dialami pesawat dalam musibah Adam Air? Atau karena dibajak, baik
oleh kru maupun pihak lain, katakan saja kelompok teroris?
Pertanyaan susulannya, apa yang membuat pesawat itu—sebagaimana diyakini pemerintah Malaysia, hancur berkeping-keping? Belum jelas pula, apakah pesawat meledak karena benturan dengan permukaan laut dalam kecepatan tinggi, ataukah meledak di udara sebagaimana diyakini mantan Presiden RI dan pakar pesawat terbang BJ Habibie? Kalau di udara, karena apa?
Pertanyaan-pertanyaan itu saja mampu menggiring kita pada teori konspirasi, sebenarnya. Apalagi lokasi penemuan serpihan pesawat yang kemudian membuat pemerintah Malaysia mengumumkan nasib MH370 pun terletak di Samudera Hindia, sekitar 2.000 km dari Perth, Australia Barat.
Lokasi penemuan via satelit itu kembali mengingatkan orang pada teori yang sempat mengemuka di pekan-pekan pertama hilangnya MH370, yakni hilangnya pesawat itu melibatkan Pulau Diego Garcia. Saat itu spekulasi masih berkisar bahwa pesawat itu disembunyikan di sana.
Diego Garcia sendiri sebenarnya sebuah misteri tersendiri. Pulau yang ditemukan pelaut Spanyol Diego Garcia de Moguer sekitar tahun 1.500-an itu terletak di koordinat 718′48″ LS dan 7224′40″ BT. Di peta kita akan menemukannya pada 2.000 mil laut dari timur Tanzania dan 2.500 mil dari pantai barat Australia, atau 2.142 mil dari Sumatra. Pulau itu bagian dari wilayah British Indian Ocean Territory, dengan daratan terdekat bagian selatan India, sekitar 1.790 km.
Mulai didiami sejak 1793 oleh para pekerja perkebunan kelapa yang didatangkan dari Afrika dan Cina, Diego dimiliki Inggris usai Perang Napoleon pada 1814. Pada akhir 1971, Inggris yang mempersiapkan kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat mengusir penduduk pulau itu. Setelah itu, pulau itu menjadi tertutup dan terkesan misterius. Wajar, karena Diego kemudian menjadi salah satu basis CIA untuk Asia-Pasifik, serta basis penempatan kekuatan militer AS yang dirahasiakan.
Saking rahasianya, berdasarkan kabel diplomatic AS yang dibocorkan Edward Snowden, disebutkan bahwa Pulau Diego Garcia dan sekitarnya kemudian ditetapkan sebagai cagar alam laut, dengan tujuan mempersulit masuknya kembali para penduduk yang pernah tinggal di pulau itu.
Pada 2008 nama pulau itu kembali disebut-sebut media massa, manakala Pemerintah Inggris tahun itu menyebutkan bahwa AS pernah melakukan pengisian bahan bakar pesawat di Diego Garcia pada 2002, manakala pesawat itu mengangkut narapidana terorisme ‘bernilai tinggi’. Publik waktu itu menyebut-nyebut yang dimaksud adalah Khalid Sheikh Mohammed, napi kasus peledakan WTC.
Sebelumnya, rumors MH370 yang melibatkan Diego Garcia adalah soal kemungkinan pesawat itu disembunyikan di sana oleh pihak yang mengubah arah. Faktanya memang pulau itu punya landasanETOPS(Extended Range Twin Engine Operations)yang cukup untuk pendaratan Boeing 777 semacam MH370.
Kini, dengan dugaan kuat pesawat itu meledak di udara, dengan temuan serpihan (yang mungkin terbawa gelombang laut) ‘tak jauh’ dari pulau misterius itu, wajar saja bila menyeruak spekulasi bahwa pesawat itu justru ditembak hancur ketika hendak memasuki Diego Garcia. Bukankah pulau yang menjadi basis militer AS itu wajar dipersenjatai dengan senjata berat dan canggih? Apalagi kedatangan pesawat itu pun penuh rahasia, kalau benar ia terbang rendah di bawah ketinggian seharusnya dengan dugaan untuk menghindari deteksi radar.
Tetapi itu hanya spekulasi awal dari banyak praduga lain, justru setelah nasib MH370 ditegaskan pemerintah Malaysia. Kita berharap, semoga semakin banyak temuan didapat untuk membuka misteri tersebut. Terutama, tentu saja penemuan kotak hitam pesawat.
Bukankah dalam soal hilangnya MH370 ini, menurut Kepala Pusat Penyelidikan Keselamatan dan Kecelakaan di Universitas Cranfield, Inggris, Matthew Greaves, temuan sekecil apa pun dari sisa MH370, akan membawa para ahli forensik selangkah kepada petunjuk untuk menguak misteri itu. (toy4a)
Pertanyaan susulannya, apa yang membuat pesawat itu—sebagaimana diyakini pemerintah Malaysia, hancur berkeping-keping? Belum jelas pula, apakah pesawat meledak karena benturan dengan permukaan laut dalam kecepatan tinggi, ataukah meledak di udara sebagaimana diyakini mantan Presiden RI dan pakar pesawat terbang BJ Habibie? Kalau di udara, karena apa?
Pertanyaan-pertanyaan itu saja mampu menggiring kita pada teori konspirasi, sebenarnya. Apalagi lokasi penemuan serpihan pesawat yang kemudian membuat pemerintah Malaysia mengumumkan nasib MH370 pun terletak di Samudera Hindia, sekitar 2.000 km dari Perth, Australia Barat.
Lokasi penemuan via satelit itu kembali mengingatkan orang pada teori yang sempat mengemuka di pekan-pekan pertama hilangnya MH370, yakni hilangnya pesawat itu melibatkan Pulau Diego Garcia. Saat itu spekulasi masih berkisar bahwa pesawat itu disembunyikan di sana.
Diego Garcia sendiri sebenarnya sebuah misteri tersendiri. Pulau yang ditemukan pelaut Spanyol Diego Garcia de Moguer sekitar tahun 1.500-an itu terletak di koordinat 718′48″ LS dan 7224′40″ BT. Di peta kita akan menemukannya pada 2.000 mil laut dari timur Tanzania dan 2.500 mil dari pantai barat Australia, atau 2.142 mil dari Sumatra. Pulau itu bagian dari wilayah British Indian Ocean Territory, dengan daratan terdekat bagian selatan India, sekitar 1.790 km.
Mulai didiami sejak 1793 oleh para pekerja perkebunan kelapa yang didatangkan dari Afrika dan Cina, Diego dimiliki Inggris usai Perang Napoleon pada 1814. Pada akhir 1971, Inggris yang mempersiapkan kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat mengusir penduduk pulau itu. Setelah itu, pulau itu menjadi tertutup dan terkesan misterius. Wajar, karena Diego kemudian menjadi salah satu basis CIA untuk Asia-Pasifik, serta basis penempatan kekuatan militer AS yang dirahasiakan.
Saking rahasianya, berdasarkan kabel diplomatic AS yang dibocorkan Edward Snowden, disebutkan bahwa Pulau Diego Garcia dan sekitarnya kemudian ditetapkan sebagai cagar alam laut, dengan tujuan mempersulit masuknya kembali para penduduk yang pernah tinggal di pulau itu.
Pada 2008 nama pulau itu kembali disebut-sebut media massa, manakala Pemerintah Inggris tahun itu menyebutkan bahwa AS pernah melakukan pengisian bahan bakar pesawat di Diego Garcia pada 2002, manakala pesawat itu mengangkut narapidana terorisme ‘bernilai tinggi’. Publik waktu itu menyebut-nyebut yang dimaksud adalah Khalid Sheikh Mohammed, napi kasus peledakan WTC.
Sebelumnya, rumors MH370 yang melibatkan Diego Garcia adalah soal kemungkinan pesawat itu disembunyikan di sana oleh pihak yang mengubah arah. Faktanya memang pulau itu punya landasanETOPS(Extended Range Twin Engine Operations)yang cukup untuk pendaratan Boeing 777 semacam MH370.
Kini, dengan dugaan kuat pesawat itu meledak di udara, dengan temuan serpihan (yang mungkin terbawa gelombang laut) ‘tak jauh’ dari pulau misterius itu, wajar saja bila menyeruak spekulasi bahwa pesawat itu justru ditembak hancur ketika hendak memasuki Diego Garcia. Bukankah pulau yang menjadi basis militer AS itu wajar dipersenjatai dengan senjata berat dan canggih? Apalagi kedatangan pesawat itu pun penuh rahasia, kalau benar ia terbang rendah di bawah ketinggian seharusnya dengan dugaan untuk menghindari deteksi radar.
Tetapi itu hanya spekulasi awal dari banyak praduga lain, justru setelah nasib MH370 ditegaskan pemerintah Malaysia. Kita berharap, semoga semakin banyak temuan didapat untuk membuka misteri tersebut. Terutama, tentu saja penemuan kotak hitam pesawat.
Bukankah dalam soal hilangnya MH370 ini, menurut Kepala Pusat Penyelidikan Keselamatan dan Kecelakaan di Universitas Cranfield, Inggris, Matthew Greaves, temuan sekecil apa pun dari sisa MH370, akan membawa para ahli forensik selangkah kepada petunjuk untuk menguak misteri itu. (toy4a)
No comments:
Post a Comment