Jakarta, adhessy.com--Hal lain yang mengemuka dalam diskusi dengan tema Jalan Baru
Politik Indonesia; Pancasila Sebagai Karakter Negara, mengenai peluang
Ryamizard Ryacudu sebagai calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi). Ketika ditanya peserta
diskusi tentang kesediaannya, Ryamizard Ryacudu mengelak.
"Jabatan (cawapres) itu bagi saya tidak penting, kerja yang penting. Dulu saya sudah keputusan presiden sebagai Panglima TNI tapi tidak jadi dilantik, saya tidak masuk rumah sakit jiwa," ujar dia di kantor DPP Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK), Jl Tebet Timur Dalam, Senin (14/4).
Dia mengungkapkan ada dua tugas utama menjadi pemimpin. Di antaranya, dapat menyatukan yang dipimpin menjadi merasa aman dan menyejahterakannya.
"Batu banyak tapi batu mulia (logam mulia) itu mahal dan sedikit. Satu kali bicara seribu kali bekerja, itu prinsip," ujar dia.
Dia juga turut mewacanakan kembali ke UUD 1945 sebelum amandemen. Hal itu menurutnya penting untuk menata kembali konstitusi bernegara yang telah bergeser.
"Bung Karno bilang UUD 1945 ini bisa disempurnakan tapi bukan diubah. Kaji ulang sesuai natural dan kultur jangan tangan-tangan asing yang mengubah," terang dia.
"Jabatan (cawapres) itu bagi saya tidak penting, kerja yang penting. Dulu saya sudah keputusan presiden sebagai Panglima TNI tapi tidak jadi dilantik, saya tidak masuk rumah sakit jiwa," ujar dia di kantor DPP Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK), Jl Tebet Timur Dalam, Senin (14/4).
Dia mengungkapkan ada dua tugas utama menjadi pemimpin. Di antaranya, dapat menyatukan yang dipimpin menjadi merasa aman dan menyejahterakannya.
"Batu banyak tapi batu mulia (logam mulia) itu mahal dan sedikit. Satu kali bicara seribu kali bekerja, itu prinsip," ujar dia.
Dia juga turut mewacanakan kembali ke UUD 1945 sebelum amandemen. Hal itu menurutnya penting untuk menata kembali konstitusi bernegara yang telah bergeser.
"Bung Karno bilang UUD 1945 ini bisa disempurnakan tapi bukan diubah. Kaji ulang sesuai natural dan kultur jangan tangan-tangan asing yang mengubah," terang dia.
No comments:
Post a Comment