Tuesday, 1 July 2014

GELIAT PILPRES 2014: Hatta Rajasa Menang Telak Dalam Debat CAWAPRES 29 Juni 2014



Tema : Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK.



Moderator : Prof. Wikorita Karnawati. (Wakil Rektor Universitas Gajah Mada/ UGM).

KPU :

Tema ini menjadi penting karena tema ini menjadi sebuah refleksi mengenai peran Indonesia di depan negara-negara lain, bagaimana Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri.

Moderator : Selamat malam hadirin, malam ini kita akan membahas tentang pembangunan sumber daya manusia dan IPTEK, dan saya adalah moderator malam ini.

SEGMEN I : PENYAMPAIAN VISI MISI CAWAPRES

Jusuf Kalla :



Hari ini kita berbicara mengenai Sumber daya manusia dan IPTEK. Konstitusi mengajarkan kepada kita bahwa Bangsa harus memastikan pemberdayaan kepada ilmu pengetahuan. 

Apabila kita berbicara tentang SDM kita berbicara tentang bangsa karena berbicara SDM berarti berbicara tentang objek dan subjek bangsa yakni manusianya. Berbicara tentang pengetahuan artinya berbicara tentang pendidikan dan pengembangan teknologi.

Kita belajar dari bangsa lain, dimana bangsa maju karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan pengetahuan kita, yakni kita harus meningkatkan system pendidikan kita. Kita sudah memiliki lembaga-lembaga seperti BPPT, Universitas dan lain-lain. Kita harus menggunakan lembaga ini sebagai tombak ujung pengembangan pendidikan.

Tentu kita butuhkan usaha untuk pembangunan itu semua., sehingga mudah-mudahan melalui acara ini, kita bisa mengetahui apa yang paling kita butuhkan di Indonesia.

Hatta :

Kita sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia yang sangat bergantung kepada dua factor yakni pendidikan dan kesehatan.

Prabowo dan hatta berkeyakinan kita maju jika SDM dan penguasan IPTEK menjadi pilar utama pembangunan bangsa.

Kata kunci adalah sejauh mana kita bisa membuat seluruh bangsa Indonesia menikmati pendidikan secara inklusif, berkeadilan, sejauh mungkin dan merata.

Kita harus memperluas akses dan jangkauan pendidikan, Karena itu kita mencanangkan wajib belajar 12 tahun.

IPTEK harus dikembangkan, bagaimana IPTEK dapat membangun bangsa dan bagaimana pengembangan IPTEK menjamin keberlangsungan pengelolaan Sumber daya alam.

Terkait kesehatan, kita memastikan untuk akses BPJS semakin diperhatikan, dan akses kesehatan kepada seluruh rakyat.

Kita harus memastikan bahwa seluruh rakyat mendapatkan akses pengembangan inovasi dan akses kesehatan dan akses kepada pendidikan itu poin kita. Terima kasih.


SEGMEN II : PENAJAMAN VISI MISI CAWAPRES

Moderator :

Mohon bapak untuk mempertajam lagi bagaimana bapak bisa menjalankan pendidikan inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan sebagaimana kita mengetahui anggaran kita terbatas untuk hal itu, serta bapak menjelaskan lebih lagi bagaimana meningkatkan produktivitas pengembangan inovasi di dalam keterbatasan dan darimana anggaran itu bisa kita dapatkan ?

Hatta :

Negara wajib melaksanakan pengembangan sumber daya alam diatur oleh pasal 31. Tentu kita harus menyiapkan anggaran itu. Untuk membangun pusat-pusat inovasi menjadi penting karena itu menjadi alat kita untuk meningkatkan daya saing bangsa kita.

Prabowo Hatta mempersiapkan untuk inklusif dan berkeadilan tersebut, kita menyiapkan anggaran, meningkatkan dua kali lipat biaya operasional, dan mempersiapkan sepuluh trilliun untuk hal tersebut dalam jangka waktu 5 tahun ke depan,

Kita harus mengembangkan pendanaan tersebut untuk tiga hal utama.

  1. Kualitas
  2. Keterjangkauan
  3. Guru harus kita tambah sedikitnya 800 ribu dan kualitas serta kesejahteraannya.

IPTEK akan seiring dengan pengembangan SDM dan kualitas bangsa Indonesia.

Kita yakin bisa bangun dengan memperhatikan hal tersebut.

Moderator :

Bapak menyoroti system pendidikan yang menekankan di bidang budi pekerti. Pendidikan budi pekerti tentu membutuhkan waktu dan proses yang lama, bagaimana bapak yakin mampu menyusun sistem pendidikan ini dalam keperiodean bapak dan bagaimana bapak yakin mampu menangani gap kesenjangan untuk pengembangan Inovasi nantinya ?

Jusuf Kalla :



Pengembangan budi pekerti bisa dilakukan di semua mata pelajaran. Kita bisa melakukan di mata pelajaran sejarah, mata pelajaran matematika seperti kedisiplinan.

Contohnya di pendidikan mata pelajaran bahasa Indonesia, kita bisa membuat cerita heroik di dalamnya. Seperti cerita kancil yang cenderung menipu bisa kita hilangkan dan hal-hal lain.

Kita mengenal revolusi mental membutuhkan proses. Ini menjadi penting karena kita harus mengevaluasi mengenai kualitas guru juga, terkait sertifikasi guru. Sehingga guru bisa menguasai mata pelajaran dan mampu menyampaikan kepada siswanya. Hal ini tentu sejalan dan didukung kesejahteraan guru yang diperhatikan secara lebih lagi. Terkait inovasi, Pemerintah harus memihak kepada ide dalam negeri, sehingga terjadi peningkatan Inovasi dalam negeri. Inovasi dapat dikerjakan, mengenai biaya, kita cukup dua puluh persen dan itu selalu bertumbuh dalam segi margin jumlah.

Yang kita butuhkan hanyalah efisiensi. Kita ingin Lembaga tinggi, institusi research, kita akan menggabungkan itu semua untuk menghasilkan percepatan pembangunan. Terima kasih.



SEGMEN III : PERTANYAAN MODERATOR

Moderator :

Menyadari adanya kesenjangan dalam kualitas SDM dan penyebarannya di berbagai daerah Indonesia, dan daya saing SDM kita yang rendah di pasar global. Bagaimana bapak mengatasi hal tersebut. Justru SDM berkualitas malah memilih berkarya di luar Bagaimana Bapak menanggapi ini?

Jusuf Kalla :

Seperti kita pahami SDM berbeda karena pendidikan yang berbeda. Kita perlu pemetaan mengenai pendidikan di daerah yang kurang. Distribusi guru harus diperhatikan serta kurangnya dorongan supaya rakyat mengikuti pendidikan.

Kita mengapresiasi gerakan Indonesia mengajar yang dilakukan oleh Bapak Anies, itu salah satu contoh untuk menangani kesenjangan.

Ada dua factor yang harus diperhatikan, yakni pendidikan dan ekonomi.

Yang kedua maaf? (moderator : SDM diluar memilih berkarya di luar).

Kita memperhatikan dari segi positif mereka menghasilkan devisa yang baik bagi negara kita. Negatifnya adalah kontribusi mereka menjadi tidak terlalu tinggi.

Kita harus perhatikan itu terjadi karena mereka merasa dihargai di luar. Tentu kita harus memperhatikan masalah itu. Untuk SDM boleh bekerja di luar negeri namun ke depannya itu untuk mencari pengalaman.

Moderator :

Menyadari adanya kesenjangan dalam kualitas SDM dan penyebarannya di berbagai daerah Indonesia, dan daya saing SDM kita yang rendah di pasar global. Bagaimana bapak mengatasi hal tersebut. Justru SDM berkualitas malah memilih berkarya di luar Bagaimana Bapak menanggapi ini ?

Hatta :

Dari 150 juta angkatan kerja kita memang 45 persen masih tamatan SD. Hanya 8 persen yang tamatan Perguruan tinggi.

Jadi sebenarnya ini yang harus kita perhatikan. Kita harus meningkatkan tamatan Perguruan tinggi minimal 40 persen. Bagaimana dengan tamatan SD yang sudah di lapangan. Maka kita harus meningkatkan training di lapangan.

Kita harus meningkatkan dan menumbuhkan pusat-pusat pengembangan Sumber-sumber pertumbuhan baru berbasis produk lokal.

Terhadap adanya tenaga kerja yang di luar, ada dua pendekatan.

Kita harus melihat dari satu sisi mengenai strategi pembangunan kita, contoh jika kita menjual bahan mentah kita tentu para engineer kita akan bekerja di luar, yang kedua kita memperhatikan contoh di India mereka bekerja di luar tetapi tujuannya untuk membuka lapangan pekerjaan domestik. Seperti itu yang kita lakukan.

Moderator :

kita sadari bahwa Indonesia menjadi pasar produk teknologi bangsa lain. Padahal kita memiliki ratusan perguruan tinggi, banyak institusi berbasis riset teknologi dan industry terkait tetapi tidak bersinergi, bagaimana bapak memperhatikan masalah itu ?

Hatta :

Kita harus memperhatikan bahwa regulasi untuk mempermudah para pelaku inovasi, yang kedua perusahaan harus ditekan untuk memperhatikan riset.

Khusus masalah banjirnya import, bahwa pemerintah prabowo hatta, mengedepankan seluruh sumber daya alam kita dikelola berdasarkan value aided.

Pendekatan Industri untuk mengurangi import dengan triple helix, yakni dunia usaha, dunia riset, dan dunia pelaku.

Kita harus focus. Mau tidak mau anggaran yang hanya 0.1 dari GDP kita harus kita tingkatkan untuk riset yakni minimal 10 trilliun.

Dalam konteks-konteks tersebut, kita harus memasukkan berbasiskan pada pengembangan pada IPTEK yang semakin dikembangkan lebih lagi.

Moderator :

kita sadari bahwa Indonesia menjadi pasar produk teknologi bangsa lain. Padahal kita memiliki ratusan perguruan tinggi, banyak institusi berbasis riset teknologi dan industry terkait tetapi tidak bersinergi, bagaimana bapak memperhatikan masalah itu,.?

Jusuf Kalla :

Perkembangan teknologi memang sangat cepat. Contoh IT berkembang seratus persen setiap 18 bulan. Jika kita tidak memperhatikan ini dengan baik kita akan ketinggalan.

Apabila bangsa lain dalam industri ingin masuk ke Indonesia, harus ada aturan bahwa bangsa itu harus berkontribusi kepada pelaku industri dalam negeri. Yang kedua harus ada barrier tariff untuk meningkatkan pemberdayaan pelaku inovasi dalam negeri.

Terkait sinergi atas lembaga-lembaga perguruan tinggi dan institusi riset, Kita harus mengembangkan pemofukasan berbagai Universitas dalam negeri contoh ITB mau kemana, UGM kemana?, ini harus difokuskan sehingga berkontribusi jelas ke dalam negeri.

Koordinasi sangat penting, dengan catatan, dimana setiap ada paten ketika adanya inovasi, Universitas harus mendapatkan share. Ini akan meningkatkan proses pengembangan inovasi yang sangat tinggi ke depannya.

Kebijakan pemerintah harus mengutamakan pemihakan ke dalam pengusaha dan pelaku dalam negeri. Hanya dengan cara itu kita bisa maju. Terima kasih.



SEGMEN IV : SALING BERTANYA ANTAR CAWAPRES

Hatta :

Saya bertanya yang ringan saja pak, kita banyak mengenal revolusi, dan kita tahu revolusi adalah suatu proses yang memang sulit dikendalikan dibandingkan reformasi. Bagaimana dengan revolusi mental, apa sebenarnya yang tidak relevan lagi values kita contoh pancasila ?

Jusuf Kalla :

Revolusi jangan disalah artikan sebagai sebuah pemberontakan. Revolusi adalah bekerja cepat. Contoh pak capres selalu berkata bocor. Bagaimana kita bisa melakukan ini? Harus cepat yang revolusi.

Pendidikan harus cepat dimeratakan, kita tidak menunggu berpuluh tahun, sudah habis periode. Kita harus kerjasama. Kita harus perhatikan bahwa tidak semua diubah, namun bagaimana kita bisa bekerja dengan cepat.

Proses cepat kan namanya revolusi.

Jusuf Kalla :

Pak hatta, selalu kita menyebut bonus demografi. Kalau kita tidak hati-hati bahwa bonus demografi kadang-kadang bisa menjadi bahaya, bagaimana bapak menjadikan itu bukan sebagai bencana?

Hatta :

Usia produktif tidak hanya usianya yang produktif tetapi produktivitasnya juga harus produktif.

Kita harus perhatikan total factor productivity, harus kita masukkan dalam agenda pengembangan ekonomi. Bonus demografi harus dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan produk Neto bisa lebih dari 10 persen.

Kesenjangan usia yang muda dari 0-15 , dan yang 60 ke atas harus kita dekati dengan program social protection, sedang yang produktif, kita harus perhatikan dengan pendekatan program employment yang ditinggikan.

Hatta :

Barusan saya tadi mendengar, Pak JK mengatakan soal sertifikasi guru, tetapi seingat saya justru itu yang ditolak?

Jusuf Kalla :

Berbicara visi, pak hatta bisa membaca semua visi misi kami. Kami tidak menolak itu, bahkan itu diatur dalam undang-undang.

Tujuan kita meningkatkan kesejahteraan guru, bahkan presiden pun tidak bisa membatalkan UU sesukanya. Kita berkomitmen untuk meningkatkan itu semua.

Jusuf Kalla :

Kita masih mengirim TKI ke luar dalam jumlah yang banyak, pertanyaannya apakah sudah bebas dari masalah?, kita perhatikan sangat banyak masalah para pekerja kita di luar negeri. Bagaimana pendapat Bapak terkait hal ini ?

Hatta :

Yang pertama kita harus mendorong pertumbuhan ekonomi kita, mengembangkan usaha kewirausahaan. Ini akan meningkatkan employment di dalam negeri kita.

Kita menjadi bangsa yang terhormat, dimana kita tidak hanya mengirim tenaga pekerja namun tidak pembantu saja, jadi yang ke luar negeri harus yang berskill bukan pekerja kasar.

Sedangkan untuk pekerja wanita, kita harus moratorium, karena terlalu banyak masalah yang mengganggu masalah harkat martabat bangsa kita dengan adanya banyak tindak kekerasan terhadap wanita.



SEGMEN V : KORESPONDENSI I ANTAR CAWAPRES

Jusuf Kalla :

Pak hatta, setiap debat, pak prabowo berbicara tentang kebocoran negara, pertanyaannya Apakah bapak ketahui itu ada kebocoran 3 trilliun setiap hari terjadi?, apakah penyelenggaran pengelolaan sumberdaya sebegitu buruknya?

Hatta :

Pak prabowo subianto, tidak mengatakan 1000 trilliun dari apbn, tetapi yang dimaksud adalah potential lost. Apabila kita hanya pandai menjual bahan mentah, maka kita tidak akan mendapatkan value added sama sekali. Atau kita menjual bahan baku batu bara terlalu murah.

Pemerintahan pak SBY sudah melakukan pengelolaan itu, jadi tidak betul 1000 trilliun dari APBN. Terima kasih.

Jusuf Kalla :

Kalau itu kebocoran tentu tercermin di KPK. Apakah itu terkait dengan mafia minyak, mafia bibit dan lain sebagainya?

Apa usaha menyelesaikan itu apabila anda diberi wewenang.

Hatta :

Pak JK, apapun yang namanya mafia, adalah tindak kejahatan. Serahkan kepada KPK. Tetapi kalau yang dimaksud mengapa kita harus impor minyak. Bapak kan tahu karena bapak bagian pemerintah di Keep 1.

Mengimpor minyak bukan sebuah kejahatan, namun jika terindikasi tentu harus ditindak.

Hatta :

Bapak JK, pertanyaan saya ringan. Orang sering bertanya tentang daya saing kita. Ada tiga indicator utama yang mempengaruhi daya saing kita. Menurut pak JK apa indicator. Kita.

Jusuf Kalla :

Indeks yang paling mudah adalah kemudahan berusaha. Apabila kita ingin perbaikan di indeks itu maka harus meningkatkan kemudahan di birokrasi perizinan. Karena itulah yang paling berat.

Yang kedua adalah masalah perburuhan, yang harus kita perhatikan.

Hatta :

Saya kira apa yang disampaikan tidak sepenuhnya benar. Menurut saya yang paling penting adalah inovasi. Kesiapan kita mengenai teknologi sangat penting, yang sangat besar kita perlu perhatikan adalah infrastruktur.

Jusuf Kalla :

Tadi memang karena meminta pendapat saya. Dalam pembahasan-pembahasan, infrastruktur penting, bapak sendiri tidak melakukan itu. Kita mudah bicara akan tetapi bapak sendiri tidak melakukan. Lampu kita mati terus itu karena tidak ada pelaksanaan.

Di mimbar ini kita mudah bicara akan, akan dan akan, namun yang penting adalah pelaksanaan.

Jusuf Kalla :

Anda pernah menristek. Ristek inovasi, dan mengembangkan teknologi. Pada saat menteri apa inovasi yang pernah bapak lakukan yang membuat kita bahagia dan perlu dishare.

Hatta :

Sebelum inovasi, kita harus letakkan dasar-dasar. Pada tahun 2002 saya siapkan UU tentang pengembangan IPTEK.

Ini menjadi dasar bagaimana spending untuk environment triple helix. Kalau Bapak JK Tanya, pada bidang pangan, banyak sekali yang diaplikasikan di LIPI dan IPB, ITB di material dan transport di bagian timur.

Di bidang energi. Tidak boleh lagi membangun pembangkit di bawah 15 mwatt tanpa adanya persetujuan lembaga tinggi negara. Saya bangga dengan yang sudah saya lakukan pak JK terima kasih.

Jusuf Kalla :

Turut berbangga bahwa hasilnya adalah UU, Bukan Inovasi.

Kalau inovasi di bibit kok kita malah impor lebih besar terus menerus. Ini malah tidak ada perkembangan dong.

Tentang listrik, konstituen memerlukan itu. Terima kasih.

Hatta :

Pak JK, memang saya bangga bahwa itu adalah inovasi. Karena inovasi adalah yang terdifusi dalam sector.

Menyangkut pangan, bahwa kita masih impor, pak JK kan masih paham karena kita masih swasembada pangan. Kebutuhan mendasar sudah swasembada, namun ada pembutuhan kepada negara asing.

Beberapa hanya terkait dengan pengambilan keputusan insidentil karena dirasa perlu. Terima kasih.

Hatta :

Saya membaca visi misi bapak. Itu memang tidak lagi memperhitungkan atau menolak Ujian Nasional, bapak adalah promotor utama ujian nasional saat menjabat. Apa perubahan di diri pak JK, apa yang salah?

Jusuf Kalla :

Pak Hatta, Kalau and abaca betul visi misi kami bunyinya adalah akan dievaluasi kurikulum, dan ujian nasional.

Evaluasi adalah memperhatikan bobot dan sistem, bukan menghilangkan jangan disalahartikan.

Kesenjangan pendidikan di daerah-daerah tidak mungkin diperbaiki kalau tidak ada pemetaan. Pemetaan hanya bisa dilakukan kalau ada Ujian nasional. Ini dilakukan di semua negara.

Ini diperlukan untuk pemetaan dan mengetahui seberapa besar kesenjangan itu, walaupun tentu perlu ada evaluasi dalam pelaksanaannya

Hatta :

Apa yang dievaluasi?, jika dibaca runtun terkait pemerataan. Ujian Nasional terkait dengan tolok ukur standarisasi. Tentu para pakar pendidikan kita sudah memperhatikan standar nasional dan standar daerah, Kalau bapak ingin evaluasi di bagian mana lagi?, Ada tiga kompetisi knowledge, attitude, dan skill. Jangan jadi kita tidak punya attitude itu.

Bagaimana yang dievaluasi di sisi apanya?

Jusuf Kalla :

Saya ingin memberikan pengalaman dulu, bagaimana mutu pendidikan waktu itu, nilai kelulusan kita hanya 3.5. Itu sangat rendah, kemudian kita naikkan lagi 5.5 dan yang tidak lulus hanya satu persen. Itu sangat tinggi.

Itu juga bisa kita masukkan sebagai evaluasi, karena kita menjadi tahu bagaimana kondisi pendidikan kita.



SEGMEN VI : KORESPONDENSI II CAWAPRES

Jusuf Kalla :

Pak hatta, kita bicara SDM sudah banyak, Sekarang kita bicara Kelembagaan, kita punya banyak kelembagaan seperti BPPT, LIPI. Bagaimana kita bisa mensinergikan, sehingga hasil kelembagaan itu bisa terukur?

Hatta :

Kita punya tujuh lembaga di bagah menristek. Misal LIPI banyak melakukan riset mendasar termasuk di bagian social. BPPT bukan melakukan riset, tetapi menjadi semacan clearing house.

Pertanyaannya, kita tidak perlu memaksa tujuh lembaga itu menyamakan kontribusi mereka karena mereka memiliki kompetisi masing-masing, namun outcomenya. Jangan ada redundant dibagian penelitian karena adanya keterbatasan.

Jusuf Kalla :

Yang saya maksud akuntabilitas harus terukur, sehingga ketika kita ingin meningkatkan biaya anggaran bisa terukur. Kita merasa lembaga itu belum bisa menjawab dinamika kebutuhan teknologi kita. Itu yang saya maksud.

Hatta :

Tentu saja koordinasi diperlukan, karena itulah mereka di bawah langsung menristek. Kita setuju memang perlu penajaman.

Koordinasi terkait anggaran, dan penajaman penelitian perlu dilakukan dan ini ada enam yang harus diperhatikan.

  1. Pangan
  2. Energi
  3. Transporati
  4. Pertahanan
  5. Kesehatan
  6. Kebumian dan maritim

Saya setuju koordinasi itu sangat penting terima kasih.

Hatta :

Pertanyaan saya sederhana, apa pandangan Pak JK terkait system pendidikan kita saat ini dan dikaitkan dengan pandangan pak JK dulu yang kurang setuju dengan pendidikan gratis. Kami menggratiskan biaya pendidikan dari mulai usia dini. Apakah bapak menilai adanya pendidikan inklusif disitu?

Jusuf Kalla :

Pendidikan gratis, sudah terjadi Sesuai konstituen. Mengenai berbeda pendapat itu menjadi hal lain.

Harus adanya cross subsidi mengenai kemampuan dan ketidakmampuan. Hal ini untuk menghindari yang mampu membayar secara inklusif.

Ada hal yang perlu kita perhatikan dalam pendidikan kita.

Hatta :

Saya masih belum mendapatkan jawaban yang pas, pendidikan berkeadilan dan inklusif adalah hak mendasar dari warga negara sebagaiamana dalam pasal 31 ayat 1 dan 2.

Masalah yang kaya dan miskin itu tidak menjadi masalah, karena orang kaya sudah membayar pajak lebih tinggi.

Kalau perlu kita harus menggratiskan sampai perguruan tinggi.

Jusuf Kalla :

Saya ingin tegaskan kita mendorong adanya pendidikan gratis, tapi tentu perlu adanya kerjasama antar institusi. Contohnya sekolah berfasilitas sangat baik bisa berkontribusi ke sekolah dengan fasilitas kurang ini akan mengurangi gap. Terima kasih.



PERNYATAAN PENUTUP

Hatta :

Rakyat Indonesia yang saya cintai, para ibu-ibu, para pedagang asongan, para nelayan, dan semua rakyat.

Mimpi kita adalah masa depan yang cerah. Kita harus kerja keras, kita ingin bebas semua.

Prabowo Hatta mengedepankan konsep pembangunan sumber daya manusia dan teknologi kita. Energi kita bisa habis, namun kecerdasan kita harus kita tingkatkan.

Indonesia bisa maju, menjadi bangsa yang disegani menjadi macan asia.

Jusuf Kalla :

Sumber daya manusia dan IPTEK menghasilkan produktivitas yang baik untuk bangsa ini, itu menjadi tujuan kita memakmurkan bangsa.

Pendidikan menjadi tanggungjawab kita, tanggung jawab negara, lembaga, terutama keluarga. Keluarga adalah yang paling utama.

Kedua adalah ibu-ibu kita sebagai tulang punggung pendidikan utama, harus kita beri apresiasi utama.

Bagi kalangan yang disabilitas, harus kita perhatikan secara lebih.

Kita harus perhatikan semua level kependidikan, PAUD, Perguruan tinggi, harus diperhatikan semuanya. Anggaran harus besar diberikan untuk hal tersebut.

Teknologi adalah bagian penting dan harus kita tingkatkan untuk kebesaran negara kita. Terima kasih.

Siapa yang lebih baik, berkompeten, siap dan mengerti tentang sumber daya manusia dan IPTEK?, silahkan dinilai secara objektif. Mari sukseskan Pemilu untuk bangsa Indonesia yang lebih baik. 



SUMBER: KOMPAS tv