Tragedi ledakan gudang amunisi TNI 1984 & 2014
Tragedi
ledakan gudang amunisi milik Marinir TNI AL di Cilandak, Jakarta Selatan
Gudang amunisi milik Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI
Angkatan Laut (AL) di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang meledak,
Rabu 5 Maret 2014 kemarin, mengingatkan kita pada tragedi meledaknya gudang
amunisi milik TNI AL pada Oktober 1984 silam.
Dua kejadian tersebut sungguh mengejutkan masyarakat luas. Karena, bangunan tersebut merupakan tempat penyimpanan amunisi TNI untuk berperang agar negara ini aman.
Maka itu, gudang-gudang tersebut sangat dijaga ketat oleh para prajurit TNI AL. Bahkan, untuk mencapai, ke pulau kecil di Pondok Dayung, yang dipergunakan untuk penyimpanan amunisi TNI AL di Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidak sembarang orang bisa ke sana.
Di pulau itu terdapat 10 gudang amunisi TNI AL gudang di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kendati demikian, 10 gudang amunisi tersebut hanya menyimpan sejumlah senjata ringan, dan bahan peledak yang tidak besar daya ledaknya dibanding dengan gudang amunisi Cilandak yang meledak 30 tahun silam.
Walaupun begitu, akibat ledakan yang menewaskan satu korban jiwa dan 87 luka-luka kemarin itu, sepuluh gudang tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah secara fisik bangunan.
Bahkan, personel yang terluka akibat menjadi korban ledakan itu harus segera dibawa ke sebagian rumah sakit yang tak jauh dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, seperti Rumah Sakit AL Mintoharjo, Jakarta Pusat, untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
10 gudang amunisi milik Kopaska TNI AL di Pondok Dayung itu, menyimpan sejumlah alat perang bagi pasukan katak untuk berlatih, seperti pistol ringan yang sudah didesign, alat peledak ringat, cadangan bahan pelkedak seperti TNT dan sejumlah jenis amunisi yang diperlukan untuk berperang.
Kalau dibandingkan dengan gudang amunisi milik TNI AL yang juga pernak meledak di Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan, tentu jauh berbeda. Walaupun, gudang amunisi di Cilandak itu hanya ada enam gudang tetapi menyimpan segala peralatan perang yang berdaya ledak besar maupun ringan di situ ada semua.
Misalnya, menyimpan alat perang seperti sejumlah ranjau tank, peluru roket yang besarnya sebatang pohon kelapa dengan daya tembak 15 kilometer, howitzer 140 milimeter, sejumlah peluru meriam, bahan peledak TNT dan pak pak lima pon.
Bahkan, akibat ledakan gudang pada tahun 1984 itu, dua orang meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina dan enam meninggal duania di RSCM, dan ratusan orang mengalami luka-luka, serta ratusan warga terpaksa harus mengungsi.
Dikarenakan, gudang peluru milik Marinir TNI AL di Cilandak itu berada tak jauh dari pemukiman warga. Maka itu, hal tersebutlah yang juga menjadi pembeda ledakan gudang amunisi di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan Cilandak, Jakarta Selatan.
"Kasusnya sama, dan efeknya tak sebesar ledakan di Cilandak. Tempat (Pondok Dayung) yang terisolir, tempat latihan pasukan katak (pusdiklat), ada lapangan tembak," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, kemarin.
Sedangkan tragedi ledakan gudang amunisi pada tahun 1980 itu membuat ratusan warga sekitar mengungsi untuk menyelamatkan diri dan keluaraganya dari ledakan tersebut. Ditambah, banyak peluru yang meledak dan beterbangan menyasar kemana saja peluru itu terpental sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran akibat ledakan bahan peledak dan peluru milik TNI AL itu.
Ratusan orang yang menjadi korban ledakan gudang peluru 30 tahun silam itu diungsikan ke berbagai rumah sakit, ataupun lokasi yang dinilai lebih aman untuk berlindung.
Seperti, Rumah Sakit Pertamina, RS Yayasan Jakarta, Gereja HKBP, Balai rakyat masjid yang berlokasi agak jauh dari lokasi ledakan.
Tidak hanya itu, pengungsi juga sampai ke wilayah Condet yang terbelah dengan adanya Sungai Ciliwung, dan kawasan Pasar Minggu. Bahkan, ada juga peluru yang mental sampai ke Condet yang jaraknya 7 kilometer dari Cilandak.
Tidak hanya sampai di situ, sebuah roket jatuh hingga ke Curug, Tangerang dan menewaskan dua orang. Hal tersebut berdasarkan laporan yang diterima Pusat Komando dan Pengendalian Operasional Polda Metro Jaya beberapa waktu silam.
Sedangkan ledakan yang terjadi pada gudang amunisi juga tidak hanya pada 1984 dan 2014 ini. Tapi, pada tahun 1970-an, gudang amunisi milik TNI Al di Batuporon, Jawa Timur juga pernah mengalami hal yang sama. Tetapi, tidak tercatat korban jiwa ataupun luka-luka akibat kejadian tersebut.
(Diolah dari berbagai sumber)
Dua kejadian tersebut sungguh mengejutkan masyarakat luas. Karena, bangunan tersebut merupakan tempat penyimpanan amunisi TNI untuk berperang agar negara ini aman.
Maka itu, gudang-gudang tersebut sangat dijaga ketat oleh para prajurit TNI AL. Bahkan, untuk mencapai, ke pulau kecil di Pondok Dayung, yang dipergunakan untuk penyimpanan amunisi TNI AL di Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidak sembarang orang bisa ke sana.
Di pulau itu terdapat 10 gudang amunisi TNI AL gudang di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kendati demikian, 10 gudang amunisi tersebut hanya menyimpan sejumlah senjata ringan, dan bahan peledak yang tidak besar daya ledaknya dibanding dengan gudang amunisi Cilandak yang meledak 30 tahun silam.
Walaupun begitu, akibat ledakan yang menewaskan satu korban jiwa dan 87 luka-luka kemarin itu, sepuluh gudang tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah secara fisik bangunan.
Bahkan, personel yang terluka akibat menjadi korban ledakan itu harus segera dibawa ke sebagian rumah sakit yang tak jauh dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, seperti Rumah Sakit AL Mintoharjo, Jakarta Pusat, untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
10 gudang amunisi milik Kopaska TNI AL di Pondok Dayung itu, menyimpan sejumlah alat perang bagi pasukan katak untuk berlatih, seperti pistol ringan yang sudah didesign, alat peledak ringat, cadangan bahan pelkedak seperti TNT dan sejumlah jenis amunisi yang diperlukan untuk berperang.
Kalau dibandingkan dengan gudang amunisi milik TNI AL yang juga pernak meledak di Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan, tentu jauh berbeda. Walaupun, gudang amunisi di Cilandak itu hanya ada enam gudang tetapi menyimpan segala peralatan perang yang berdaya ledak besar maupun ringan di situ ada semua.
Misalnya, menyimpan alat perang seperti sejumlah ranjau tank, peluru roket yang besarnya sebatang pohon kelapa dengan daya tembak 15 kilometer, howitzer 140 milimeter, sejumlah peluru meriam, bahan peledak TNT dan pak pak lima pon.
Bahkan, akibat ledakan gudang pada tahun 1984 itu, dua orang meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina dan enam meninggal duania di RSCM, dan ratusan orang mengalami luka-luka, serta ratusan warga terpaksa harus mengungsi.
Dikarenakan, gudang peluru milik Marinir TNI AL di Cilandak itu berada tak jauh dari pemukiman warga. Maka itu, hal tersebutlah yang juga menjadi pembeda ledakan gudang amunisi di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan Cilandak, Jakarta Selatan.
"Kasusnya sama, dan efeknya tak sebesar ledakan di Cilandak. Tempat (Pondok Dayung) yang terisolir, tempat latihan pasukan katak (pusdiklat), ada lapangan tembak," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, kemarin.
Sedangkan tragedi ledakan gudang amunisi pada tahun 1980 itu membuat ratusan warga sekitar mengungsi untuk menyelamatkan diri dan keluaraganya dari ledakan tersebut. Ditambah, banyak peluru yang meledak dan beterbangan menyasar kemana saja peluru itu terpental sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran akibat ledakan bahan peledak dan peluru milik TNI AL itu.
Ratusan orang yang menjadi korban ledakan gudang peluru 30 tahun silam itu diungsikan ke berbagai rumah sakit, ataupun lokasi yang dinilai lebih aman untuk berlindung.
Seperti, Rumah Sakit Pertamina, RS Yayasan Jakarta, Gereja HKBP, Balai rakyat masjid yang berlokasi agak jauh dari lokasi ledakan.
Tidak hanya itu, pengungsi juga sampai ke wilayah Condet yang terbelah dengan adanya Sungai Ciliwung, dan kawasan Pasar Minggu. Bahkan, ada juga peluru yang mental sampai ke Condet yang jaraknya 7 kilometer dari Cilandak.
Tidak hanya sampai di situ, sebuah roket jatuh hingga ke Curug, Tangerang dan menewaskan dua orang. Hal tersebut berdasarkan laporan yang diterima Pusat Komando dan Pengendalian Operasional Polda Metro Jaya beberapa waktu silam.
Sedangkan ledakan yang terjadi pada gudang amunisi juga tidak hanya pada 1984 dan 2014 ini. Tapi, pada tahun 1970-an, gudang amunisi milik TNI Al di Batuporon, Jawa Timur juga pernah mengalami hal yang sama. Tetapi, tidak tercatat korban jiwa ataupun luka-luka akibat kejadian tersebut.
(Diolah dari berbagai sumber)