Thursday, 3 April 2014

GELIAT PILEG 2014 : Ditolak Amerika Serikat


Prabowo Ancaman Bagi Perusahaan Amerika Serikat

 

Adhessy.com, Jakarta - Langkah Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres tak mendapat restu dari pihak Amerika Serikat (AS). Itu tercermin dalam pemberitaan New York Times pada 26 Maret 2014.



Masuknya Prabowo dianggap mengancam kepentingan AS di Indonesia. Sebab, AS punya banyak perusahaan besar yang ada di Indonesia.

"Kita tahu bahwa Prabowo ingin nasionalisasi aset dan tentu itu tidak membuat nyaman AS. Saya kira AS khawatir sama Prabowo makanya tidak merestui," ujar Direktur Eksekutif Political Communication Institute (Polcomm), Heri Budianto pada hari Rabu (2/4/2014).

Menurutnya, munculnya pemberitaan soal AS tidak merestui Prabowo sebagai capres membuktikan campur tangan pihak asing khususnya AS, sangat kuat terhadap hasil Pilpres 2014.

Dengan adanya penolakan pihak AS tersebut, Heri yakin memberi berpengaruh terhadap langkah Prabowo di Pilpres 2014 ini.

"Tak direstui Prabowo jadi capres buktikan pengaruh AS di Indonesia kuat. Saya melihat apa yang diberitakan New York Times tersebut sebagai bentuk pengaruh yang kuat dari AS," jelas pengajar di Fisip Universias Mercu Buana ini.

Heri mengatakan, alasan AS tidak merestui Prabowo sebagai capres dikarenakan sikap dan karakteristiknya yang keras, tanpa kompromi. Ini jelas bertentangan dengan kepentingan AS di Indonesia.

"Itu bisa jadi sebagai alasan asing untuk menghambat, sebab Prabowo memiliki sikap tegas soal asing," katanya.

Sebelumnya, harian New York Times memberitakan soal penolakan Amerika Serikat (AS) terhadap Prabowo Subianto apabila menjadi presiden. AS sangat keberatan apabila Prabowo nantinya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

"Prabowo yang lulus dari program pelatihan militer Amerika pada tahun 1980 dan merupakan pengagum Amerika Serikat telah selama bertahun-tahun membuat jelas bahwa ia ingin bertemu dengan para pejabat Amerika tingkat tinggi . Sejauh ini, Amerika Serikat telah keberatan," tulis salah satu jurnalis Joe Cochrane di New York Times, 26 Maret 2014. (toy4a)

No comments:

Post a Comment