Tuesday, 13 May 2014

GELIAT PILPRES 2014: JOKOWI Lebih Mementingkan Pengusaha Daripada Buruh



JAKARTA - MENURUT Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak, menilai, sikap calon Presiden PDIP Joko Widodo lebih mementingkan pengusaha yang memodali kampanyenya dibandingkan buruh dan kelompok 'wong cilik'.
"Apa mungkin Jokowi melawan para majikan yang memberi support finansial besar ini, termasuk mereka yang menyewakan pesawat untuk kampanye? Bagi Jokowi, dukungan para pemodal ini penting untuk memenangi pilpres," ujar Zaki Mubarak di Jakarta baru-baru ini.

Sistem kerja kontrak berlaku sesuai UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan lahir pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDI Perjuangan). Sistem tersebut menyengsarakan kehidupan kaum buruh hingga saat ini.
Menurut dia, keengganan penghapusan sistem kerja kontrak (outsourcing), sejalan dengan kepentingan pengusaha yang memodali saat kampanye Pileg maupun Pilpres mendatang.
Padahal, lanjutnya, buruh dan kelompok "wong cilik" inilah yang menjadi konstituen PDI Perjuangan. "Tapi ironisnya, Jokowi justru menjadi pembela outsourcing yang menindas buruh," kata dia.
Ketua Umum Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992, Sunarti, berpendapat, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum menyelesaikan persoalan buruh di Ibukota karena tuntutan kenaikan upah dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 2,2 juta belum diikuti oleh sebagian besar perusahaan.
"Percuma Jokowi (jadi presiden), dulu pas kita tuntut dari Rp 1,5 menjadi Rp 2,2 juta, dia menyepakatinya. Tapi aturan tersebut tidak diikuti oleh perusahaan dan dilakukan penangguhan, namun hingga saat ini mana?" ujar Sunarti di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Menurut dia, kebijakan Gubernur DKI Jakarta tersebut terhadap buruh sama saja dengan pendahulunya karena melupakan janji yang dulu diucapkan.

No comments:

Post a Comment