Apakah Anda pernah berpikir untuk mencegahnya? Kanker terdengar menakutkan.
Kematian, penderitaan panjang, dan tabungan yang terkuras habis adalah
salah satu akibatnya.
Kanker
adalah penyakit kronis yang tidak timbul mendadak, melainkan dari satu
sel yang berkembang biak secara tak terkendali. Dari sangat kecil, makin
lama makin banyak, hingga membesar. Umumnya setelah menimbulkan
gangguan barulah terdeteksi. Tapi mengapa orang yang terkena kanker
umumnya terdeteksi di tahap lanjut? Apabila terdeteksi di awal, benarkah
kanker bisa diatasi dan kemungkinan hidup si penderita lebih tinggi?
Di Indonesia, 70% kanker terdeteksi di stadium
lanjut. Hal ini berlaku untuk sebagian besar kanker baik kanker
payudara, paru-paru, serviks, dan lain-lain. Mengapa demikian? Karena
masyarakat umumnya baru pergi ke dokter bila ada keluhan, sehingga baru
terdeteksi saat sudah stadium lanjut. Malah ada yang sudah memiliki
keluhan, tapi enggan pergi ke dokter dengan alasan takut menghadapi
kenyataan kalau “ada sesuatu”. Betapa menyedihkan pandangan seperti itu.
Bukankah bila segera tahu maka Anda dapat segera mengambil tindakan
yang tepat?
Kanker dapat dideteksi secara dini.
Pemeriksaan deteksi dini memberikan keuntungan, karena semakin dini
terdeteksi maka semakin tinggi kesembuhan dan si penderita dapat diatasi
tuntas dengan tindakan pembedahan. Dari segi biaya, tes deteksi dini
juga memberikan keuntungan karena semakin dini terdeteksi maka semakin
kecil biaya yang dibutuhkan untuk penyembuhan. . Sebaliknya, semakin
lanjut terdeteksi maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan. Belum lagi
penderitaan yang dialami akibat penyakitnya maupun akibat efek samping
tindakan pengobatan.
Deteksi dini kanker dapat dilakukan dengan pemeriksaan skrining (screening). Menurut Cancer Council Australia, prinsip pemeriksaan skrining kanker sbb:
1. Harus dilakukan walaupun tanpa keluhan atau gejala, karena apabila terdeteksi dini maka terapi akan lebih efektif.
2.
Skrining bertujuan mengidentifikasi orang-orang yang dianggap
membutuhkan membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan ada atau
tidaknya penyakit. Jadi tes skrining bukan diagnosa, sehingga diperlukan
pemeriksaan lanjutan untuk diagnosa.
3. Pemeriksaan skrining bertujuan menemukan kelainan sedini mungkin, misalnya kanker serviks dengan papsmear
dapat mendeteksi tahap pra-kanker, sedangkan untuk kanker payudara
dengan mamografi dapat mendeteksi tahap kanker invasif secara dini.
Pemeriksaan skrining harus mempunyai akurasi
yang cukup untuk mendeteksi penyakit pada tahap dini. Akurasi diukur
dari sensitivitas dan spesifisitas.
• Sensitivitas menggambarkan kemampuan suatu tes dalam
mengidentifikasi penyakit seseorang secara tepat, misalnya proporsi
orang yang menderita penyakit yang hasil tes skriningnya positif. Tes
dengan sensitivitas rendah akan menghasilkan angka negatif palsu yang
tinggi (orang yang memiliki penyakit dikatakan bebas penyakit).
• Spesifisitas
menggambarkan kemampuan alat tes dalam mengidentifikasi orang yang
tidak memiliki penyakit. Tes dengan spesifisitas yang rendah akan
menghasilkan angka positif palsu yang tinggi (orang sehat hasil testnya
dikatakan positif).
Konsep tes skrining adalah seperti medical check up, yaitu dilakukan secara rutin, berkala, tanpa menunggu ada keluhan.
Berikut panduan terbaru dari American Cancer Society untuk mendeteksi dini jenis-jenis kanker yang paling banyak penderitanya di dunia:
Kanker Payudara
• Mamografi sebaiknya dilakukan setiap tahun dan dianjurkan mulai usia 40 tahun.
•
Lakukan pemeriksaan klinis payudara setiap 3 tahun untuk wanita 20-30
tahunan dan setiap tahun untuk wanita berusia 40 tahun ke atas.
•
Wanita harus mengenal payudaranya sendiri secara normal (baik secara
terlihat maupun teraba) dan laporkan setiap perubahan segera ke
fasilitas kesehatan. Pemeriksaan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dapat
dilakukan mulai usia 20 tahun.
Wanita yang mempunyai riwayat keluarga,
kecenderungan genetik atau beberapa faktor tertentu harus diskrining
dengan MRI selain dengan mamografi. Bicarakan dengan dokter Anda
mengenai sejarah keluarga dan apakah Anda perlu tes tambahan di usia
dini.
Kanker Usus Besar (Kanker kolorektal) dan Polip Usus Besar
Mulai usia 50 tahun, baik pria maupun wanita harus menjalani salah satu tes di bawah ini:
• Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun. Jika hasil tesnya positif, harus dilanjutkan kolonoskopi.
• Kolonoskopi setiap 10 tahun.
• Double-contrast barium enema setiap 5 tahun. Jika hasil tesnya positif, harus dilanjutkan kolonoskopi.
• CT colonography (virtual colonoscopy) setiap 5 tahun. Jika hasil tesnya positif, harus dilanjutkan kolonoskopi.
Tes untuk mendeteksi adanya kanker:
• Tes darah samar feses (gFOBT) setiap tahun.
• Tes imunokimia feses, fecal immunochemical test (FIT)
tiap tahun. Tes ini menggunakan feses yang diambil dari rumah. Bila
dilakukan di poli dokter tidak memadai untuk tes. Bila hasilnya positif
maka harus dilanjutkan dengan kolonoskopi.
Kedua
tes di atas menggunakan feses yang diambil dari rumah. Bila dilakukan
di poli dokter tidak memadai untuk melakukan tes. Bila hasilnya positif
maka harus dilanjutkan dengan kolonoskopi.
Tes
tersebut dirancang untuk menemukan adanya polip dan kanker pada tahap
dini dan bisa dilakukan apabila tersedia di fasilitas kesehatan di
tempat Anda. Sebelum melakukannya, bicarakan dengan dokter untuk
mengetahui tes mana yang terbaik buat Anda.
Beberapa orang perlu diskrining dengan jadwal
yang berbeda karena adanya riwayat pribadi atau riwayat keluarga.
Bicarkaan dengan dokter Anda mengenai riwayat Anda dan tes apa yang
terbaik untuk Anda.
Kanker Serviks
• Lakukan skrining kanker serviks harus dimulai pada usia 21 tahun. Wanita di bawah 21 tahun tidak perlu diperiksa.
•
Wanita berusia antara 21-29 tahun harus tes Pap setiap 3 tahun.
Sekarang ada tes yang disebut tes HPV. Tes HPV tidak perlu dilakukan
pada kelompok umur ini kecuali bila dibutuhkan pada hasil tes Pap yang
abnormal.
• Wanita berusia 30-65 tahun harus tes Pap plus HPV (disebut
"co-testing") setiap 5 tahun. Hal ini merupakan pendekatan terpilih,
tapi masih dapat diterima apabila hanya tes Pap saja setiap 3 tahun.
• Wanita di atas umur 65 tahun yang hasil skrining teraturnya
normal tidak perlu diperiksa skrining lagi. Begitu tes dihentikan,
tidak perlu dimulai lagi. Wanita dengan riwayat pra-kanker harus
meneruskan skrining selama minimal 20 tahun setelah diagnosis, bahkan
bila lewat dari usia 65 tahun.
• Wanita yang rahimnya telah
diangkat (dan juga serviksnya) akibat penyakit yang bukan kanker serviks
dan tidak ada riwayat kanker serviks tidak perlu dites lagi.
• Wanita yang telah divaksinasi HPV harus tetap diskrining sesuai dengan anjuran kelompok umurnya.
Wanita yang karena riwayat kesehatannya mungkin perlu jadwal skrining kanker serviks yang berbeda.
Kanker Endometrium (Kanker Rahim)
American Cancer Society
menganjurkan saat menopause, setiap wanita harus diberitahu mengenai
risiko dan gejala kanker endometrium. Wanita harus melaporkan setiap
perdarahan atau bercak darah pada dokter. Beberapa wanita yang karena
riyawatnya mungkin perlu dipertimbangkan melakukan biopsi endomtrium
setiap tahun. Karena itu bicarakan riwayat pada dokter Anda.
Kanker Paru-paru
American Cancer Society
tidak merekomendasikan tes untuk skrining kanker serviks bagi populasi
umum tapi ACS memiliki panduan skrining untuk individu yang berisiko
tinggi kanker paru akibat merokok. Jika Anda memenuhi kriteria berikut
ini,
• Usia 55 - 74 tahun.
• Kondisi kesehatan cukup baik.
•
Riwayat merokok minimal 30 pak per tahun dan masih merokok sampai
sekarang atau telah berhenti merokok daalam waktu 15 tahun terakhir.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah CT scan paru-paru dosis rendah (LDCT). CT scan
dada memberikan gambaran yang lebih detil daripada rontgen (x-ray) dada
dan lebih baik dalam menemukan abnormalitas kecil pada paru. LDCT dada
menggunakan jumlah radiasi yang lebih kecil daripada standar CT scan dada dan tidak memerlukan pewarna kontras intravena.
Kanker Prostat
American Cancer Society
(ACS) menganjurkan agar penderita melakukan diskusi dengan dokter untuk
menentukan apakah diperlukan tes kanker prostat atau tidak. Hal ini
perlu dilakukan karena belum ada penelitian yang membuktikan keuntungan
melakukan tes.
ACS menganjurkan mulai umur 50
tahun, pria harus membicarakan pro dan kontra tes kanker prostrat agar
dapat menentukan apakah tes tersebut merupakan pilihan tepat bagi
mereka. Untuk orang Amerika Afrika atau yang ayah atau saudaranya
menderita kanker prostat di bawah usia 65 tahun, maka pria tersebut
harus mendiskusikannya mulai usia 45 tahun. Bila diputuskan melakukan
tes, maka yang dianjurkan adalah PSA darah dengan atau tanpa colok
dubur. Pilihan tes ditentukan dari kadar PSA orang tersebut. (futuready/toy4a)
No comments:
Post a Comment